Selasa, 01 Juni 2010

Mensyukuri apa yang telah kita miliki...

Apakah kita sudah mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita? Biasanya jawaban kita adalah "sudah", lalu pertanyaan selanjutnya adalah kapan kita melakukannya? Jawabannya "Tentunya segera setelah mendapatkannya", begitulah umumnya jawaban kita untuk pertanyaan kedua, juga umumnya itu sudahlah dirasakan cukup atau bahkan yang terbaik, mengapa yang terbaik? Karena akan dilakukan sesegera mungkin.

Manusia memang makhluk yang mudah kecewa dan sulit bersyukur, ingin seribu dapatnya sembilan ratus lima puluh kecewa, dapat seribu tetapi orang lain dapat seribu lima ratus juga kecewa, selain itu sering juga terkena penyakit bersyukur karena kekurang beruntungan orang lain, bukannya karena mendapatkan, misalnya ingin seribu dapatnya tujuh ratus lima puluh, bersyukur karena orang lain hanya mendapat lima ratus, atau kehilangan seribu bersyukur karena orang lain kehilangan lebih banyak yaitu dua ribu, padahal seharusnya bersyukur karena mendapat tujuh ratus lima puluh dan kasihan pada orang yang hanya mendapatkan lima ratus, begitu juga seharusnya bersyukur karena hanya kehilangan seribu tidak sampai kehilangan segalanya, dan juga kasihan kepada yang kehilangan dua ribu.

Jika kita pandai bersyukur maka kita dapat menjadi orang yang mensyukuri pemberian Allah, sebab orang yang mensyukuri pemberian adalah orang yang senantiasa merawat serta mensyukuri pemberian tersebut selama kita miliki, bahkan setelah tidak kita miliki lagi pun kita tetap mensyukurinya dikarenakan pernah memilikinya, itu semua dapat dilakukan bila kita bersyukur atau menyukuri pemberian ataupun pinjaman tersebuk dikarenakan yang memberikannya atau yang meminjamkannya, bukannya pemberiannya ataupun pinjamannya tersebut.

Sungguh beruntunglah orang yang pandai bersyukur maupun yang mensyukuri pemberian Allah, sebab Allah akan melipat gandakan segala-sesuatu yang disyukuri oleh kita, sedangkan lipat ganda sendiri bukanlah berarti di kalikan dua, tetapi sebanyak Allah berkehendak, sebagaimana jika kita memberikan baju kepada seseorang, lalu orang itu membuangnya atau memberikannya kepada orang lain, tentu kita merasa orang tersebut tidak menghargai kita sehingga kita enggan untuk memberi lagi apapun juga kepada orang tersebut, tetapi bila orang tersebut merawat baju pemberian kita tersebut dengan baik, sering dipakai, kelihatan bagus terus, tentu saja kita ingin memberi lagi kepada orang tersebut, begitu pula dengan Allah yang akan melipat gandakan pemberiannya yang kita rawat dengan baik serta kita syukuri, semakin pandai kita merawat dan mensyukurinya maka akan semakin besarlah Allah melipat gandakannya, tetapi mengapa kita sulit bahkan tidak dapat merasakan pelipat gandaan tersebut?, itu semua disebabkan Allah melipatgandakan sesuatu yang kita syukuri dengan apa yang paling kita butuhkan pada saat itu sedang kita tidak menyadarinya, hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui yang mengetahui apa yang terbaik bagi kita pada setiap saatnya.

Allah sangat menyayangi hambanya yang selalu mensyukuri pemberiannya, bayangkan bagaimana Allah melipat gandakan apa yang disyukuri hambanya, pada saat kita terbangunkan oleh Allah dari tidur kita dengan mensyukuri nikmat, afiat serta terjaganya kerahasiaan kita, maka Allah akan menambah kenikmatan, keselamatan serta mengurangi dosa-dosa kita, pada saat kita terbangun dalam nikmat di atas tikar yang kita syukuri maka Allah akan melipat gandakan tikar menjadi karpet, lalu karpet tebal, lalu kasur, lalu kasur dan ranjangnya, lalu kasur tebal dan ranjang besarnya, demikian pula dengan dinding, atap, lantai, jalan kaki dan lain sebagainya juga dalam keselamatannya serta berkurangnya dos-dosa.

Oleh karena itu bersungguh-sungguhlah mensyukuri, nafas, mata, hidung, telinga, lidah, tangan serta kaki kita, agar Allah menambahkan kesehatan serta usia yang panjang penuh berkah, penglihatan yang indah serta halal, menghirup wangi lagi segar, mendengar yang merdu lagi bermanfaat, rasa yang enak nikmat serta fasih, sentuhan halus serta terampil, jarak perjalanan yang cepat selamat bahkan pedal gas dan rem kendaraan.

Mengingat hasil dari mensyukuri adalah berlipat ganda, sedangkan hasil dari do'a adalah dikabulkan, dapatkah kita memintakan sesuatu yang belum dimiliki dengan cara mensyukurinya dan bukannya dengan cara berdo'a? Dengan berprasangka baik kepada Allah kiranya cara tersebut dapat saja dilakukan, yaitu dengan mensyukuri kasih serta sayang Allah kepada kita yang menunda pemberiannya dikarenakan ketidak siapan kita menerimanya, yang Insya Allah akan lebih disegerakan kesiapan serta kemampuan kita untuk menerimanya.

Orang yang senantiasa mensyukuri pemberian Allah ditambah dengan senantiasa berprasangka baik kepada Allah adalah orang yang sabar serta tawadhu, yang merupakan dua senjata paling penting bagi seorang hamba dalam menempuh perjalannya menuju kepada Penciptanya dengan selamat. Amien ya Rabbal Alamien...

Senin, 22 Desember 2008

Terima kasih ibu, kasih sayangmu tiada tara..

Setiap tanggal 22 Desember merupakan hari yang bersejarah buat seorang ibu. Namun, untuk saat ini apakah semua orang mengetahuinya? Terlepas dari pertanyaan itu, sudah sepatutnya kita sebagai generasi muda dapat memahami makna dan refleksi dari peringatan hari ibu tersebut yang merupakan ungkapan rasa cinta dan kasih kita kepada ibu yang telah melahirkan kita ke alam dunia. Figur dan sosok seorang ibu merupakan sumber dalam menentukan baik tidaknya suatu generasi.

Seorang ibu, adalah yang melahirkan kita, Ibu merupakan asal mula segala kehidupan. Tak bisa dibayangkan sebuah kehidupan akan tercipta tanpa adanya Ibu. Oleh sebab itulah bumi disebut Ibu Pertiwi, sumber segala kesuburan yang mengembangkan kehidupan hingga pada batas yang tak terbayangkan. Itu pula sebabnya muncul konsep “ibu kota” yang menandai sebuah sistem kota besar di mana kehidupan berlangsung dengan meriahnya, karena sejauh ini belum ada satupun konsep yang muncul seperti konsep “bapak kota”. Begitu besarnya peran dan sosok seorang ibu, sampai-sampai dalam salah satu hadits Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa, “surga itu ada di telapak kaki ibu”. Dalam pengertian ini tersirat suatu makna bahwa seorang sosok ibu mempunyai makna yang mendalam terhadap eksistensi perkembangan seorang anak manusia didalam mengarungi alam dunia.

Bila kita menilik ke belakang awal kehidupan kita, seorang ibu dengan melalui perjuangan yang berat, telah berupaya menjaga dan melindungi jabang bayinya selama sembilan bulan, tanpa pernah mengeluh dengan keadaannya yang semakin letih dan berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan kita kedunia, bahkan tidak sedikit yang harus mengorbankan nyawanya sekalipun. Seorang ibu merawat, membesarkan dan mendidik anak-anaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tak terhingga dan tidak dapat ditukar dengan uang bahkan harta yang begelimangan seperti dilautan sekalipun. Sebagai seorang manusia yang dilahirkan oleh seorang ibu dan mempunyai akal yang sehat, saya menaruh penghormatan dan bakti yang tiada pernah lapuk oleh zaman kepada seorang ibu.

Namun apabila sekarang ini kita melihat berbagai persoalan yang mendera seorang ibu, mungkin hati kita akan teriris-iris apabila mendengarnya. Betapa tidak? Banyaknya kasus di media yang memberitakan seorang ibu dengan tega menganiaya anak kandungnya sendiri, hendaknya dapat disikapi dengan bijak dan proporsional. Kita sebaiknya dapat melihat dari sudut pandang dan latar belakang yang mempengaruhi seorang ibu dapat bertindak sedemikian nekadnya. Ada yang kalanya seorang ibu dapat terkena depresi akibat mengalami tekanan-tekanan yang hebat dalam batinnya. Problematika rumah tangga disinyalir merupakan alasan yang kuat dan mendasari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seorang ibu. Selain itu keadaan psikologis seorang ibu pun sangat menentukan sekali perilakunya di dalam menciptakan suasana kondusif tidaknya suatu rumah tangga. Kita tidak dapat menampik sedemikian rupa bahwa tuntutan hidup yang mendesak, dapat membuat seseorang berubah menjadi sosok dirinya yang lain. Tidak terkecuali bagi seorang ibu sekalipun, sebagai manusia biasa ia juga memiliki keterbatasan dan kekurangan. Namun hendaknya seorang ibu tidak lupa kodratnya bahwa ia mempunyai tanggung jawab yang besar dalam menjalankan amanah yang ia punyai didalam kehidupan ini.

Berdasarkan wacana diatas kita hendaknya dapat menarik benang merah yang sangat berarti didalam kajian pembelajaran yang essensial di dalam memaknai hidup yang sesungguhnya. Sangat riskan sekali seringnya kita melihat berbagai macam permasalahan yang timbul akhir-akhir ini, yang sangat berpengaruh kedalam diri seorang ibu. Sangat wajar apabila peran serta pemerintah dalam mensejahaterakan kehidupan masyarakat, yang tak terkecuali manfaatnya dirasakan bagi sosok ibu sekarang ini. Upaya pemerintah di dalam mengurang tingkat kematian ibu melahirkan hendaknya terus digalakkan melalui layanan-layanan publik yang memadai, baik itu melalui puskesmas maupun posyandu-posyandu yang ada. Berdasarkan data, Indonesia merupakan negara yang mempunyai rating tertinggi di Asia dalam urusan angka kematian ibu melahirkan. Untuk itu peran serta pemerintah hendaknya dapat sesegera mungkin untuk mengurangi angka kematian ibu melahirkan. Selain itu kegiatan penyuluhan-penyuluhan kesehatan di daerah-daerah terpencil yang dikategorikan sebagai daerah rawan angka kematian ibu melahirkan hendaknya menjadi agenda yang perlu diprioritaskan. Sehingga tingkat kesejahteraan hidup seorang ibu setidaknya dapat terjamin dengan baik. Semoga dengan diperingatinya hari ibu yang tepat tanggal 22 Desember ini kita dapat memaknai sosok ataupun figur dari seorang ibu.

Pada bagian akhir tulisan ini, sepenggal untaian lagu dari Iwan Fals bila dicermati, sangat menyentuh perasaan hati penulis.

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh...
Lewati rintang untuk aku anakmu...
Ibuku sayang masih terus berjalan...
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah...

Seperti udara, kasih yang engkau berikan..
Tak mampu ku membalas . . . . . . . . . . . .
Ibu . . . . . . . . . . . . . ibu . . . . . . . . . . . . .

Ingin kudekap dan menangis dipangkuanmu...
Sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu..
Lalu do'a-do'a baluri sekujur tubuhku...

Dengan apa membalas . . . . . . . . . . . . . . .
Ibu . . . . . . . . . . . . . ibu . . . . . . . . . . . . .

(Tulisan ini dikutip dari berbagai blog)